ELFIRA NORA SUSWITA.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Karakteristik Karya Ilmiah”. Shalawat dan salam penulis ucapkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya kepada manusia
untuk membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah.
Demikianlah karya tulis ilmiah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Tembilahan,
Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Karya Ilmiah ........................................................................... 3
B. Karakteristik Karya Ilmiah................................................................... .... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 17
B. Saran......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia memiliki
keterampilan untuk berkarya. Manusia memiliki potensi untuk melakukan kemampuan
tersebut, kemampuan itu berupa kemampuan mamahami dan menyimpan data. Dari
kemampuan tersebut manusia mampu mengolah dan menghasilkan
data yang erat kaitannya dengan berkarya. Menulis adalah salah satu
keterampilan dalam berkarya. Sebuah keterampilan tidak akan terwujud tanpa ada
pelatihan, penting bagi kita untuk membentuk diri supaya memiliki keterampilan
yang baik yaitu dengan cara terus menerus berlatih menulis dengan cara yang
benar.
Kaidah atau ketentuan
menjadi penting artinya karena salah satu ukuran untuk menilai apakah tulisan
itu dapat disebut karya ilmiah atau bukan berwujud tata tulis. Karya ilmiah
adalah suatu bentuk publikasi ilmiah yang berisi tentang gagasan-gagasan dalam
sebuah tulisan dengan sistematika tertentu dan memiliki karakteristik keilmuan
dan memenuhi syarat keilmuan. Berdasarkan keperluan penulisannya, karya tulis
ilmiah terdiri atas makalah, kertas kerja, laporan penelitian, skripsi, tesis,
disertasi, jurnal dan buku.
Menulis karya ilmiah
sering kali menjadi masalah seseorang dalam membuat tulisan ilmiah. Banyak yang
menganggap bahwa karya ilmiah merupakan sesuatu yang rumit. Kurangnya pemahaman
penulis akan makna dari karya ilmiah itu sendiri dan kurangnya pemahaman penulis terhadap karakteristik karya ilmiah
menjadi salah satu hambatan penulis dalam menyusun sebuah karya tulis,
sebenarnya dengan memahami makna dan karakteristik tersebut dapat membantu
penulis dalam menuangkan gagasan ilmiah ke dalam karya tulisnya. Selain itu,
karakteristik karya ilmiah dapat dijadikan sebagai pedoman dan rujukan bagi
para penulis untuk menyusun karya tulisnya.
Hal inilah yang menjadi
sebuah alasan penulis mengangkat masalah karakteristik penulisan karya ilmiah.
penulis mencoba menyusun suatu karya tulis mengenai definisi karya ilmiah
secara singkat dan mendeskripsikan karakteristik karya ilmiah karena hal
tersebut merupakan hal yang sangat dasar yang wajib diketahui oleh para
mahasiswa sebagai penulis.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada paparan latar
belakang diatas, maka penulis mengangkat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Karya Ilmiah?
2.
Bagaimana
karakteristik Karya Ilmiah?
C.
Tujuan
Berdasarkan pada rumusan
masalah diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk
memahami arti dan makna dari Karya Ilmiah.
2.
Untuk
mendeskripsikan dan memahami Karakteristik Karya Ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Karya Ilmiah
Suherli Kusmana menjelaskan bahwa karya tulis ilmiah
merupakan suatu kajian bentuk karangan yang dinamis. Karya tulis ilmiah
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu yang terjadi. Karya tulis ilmiah
bukan sebuah “pakem” keilmuan, sehingga penyajiaannya harus menuntut sesuatu
yang statis dari waktu ke waktu. Karya tulis ilmiah merupakan bongkah ilmu yang
perkembangannya mengikuti perkembangan ilmu tersebut.[1]
Dalman menjelaskan bahwa karya ilmiah merupakan karya
tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis,
disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa buku, serta di
dukung oleh fakta, teori, dan/atau bukti-bukti empirik. Dalam hal ini, karya
tulis ilmiah dapat dikatakan sebagai hasil rangkaian gagasan yang merupakan
hasil pemikiran yang didasarkan pada fakta, peristiwa, dan gejala yang
disampaikan secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya, Dalman menjelaskan juga bahwa karya ilmiah
merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara
ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Tujuannya untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan
untuk membuktikan kebenaran tentan sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.[2]
Bambang Dwiloka dan Rati Riana menjelaskan bahwa karya
ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil
pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan
pengetahuan orang lain sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap
ilmiah peneliti. Tujuan karya ilmiah adalah agar gagasan penulis karya ilmiah
itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.[3]
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
karya ilmiah adalah laporan atau karangan tertulis yang bersifat objektif yang
berisikan tentang teori mengenai ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penelitian yang dibuat berdasarkan kaidah atau etika keilmuan yang disusun
secara sistematis dengan tujuan untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis
kepada pembaca.
B.
Karakteristik
Karya Ilmiah
Wardhani
menjelaskan karakteristik karya ilmiah dapat dikenal dari beberapa aspek, seperti
struktur penyajian, komponen dan substansi karya ilmiah, sikap penulis, dan
bahasa.
1.
Struktur Penyajian
Struktur
penyajian karya ilmiah terdiri atas bagian pendahuluan, pokok pembahasan, dan
penutup. Dengan demikian, sebuah karya ilmiah akan selalu mulai dengan suatu
pengantar yang menuju ke pokok pembahasan dan diakhiri dengan penutup yang
dapat berupa simpulan dan rekomendasi.
2.
Komponen dan Subtansi Karya Ilmiah
Subtansi
atau materi bahasan karya ilmiah dapat mencangkup segala bidang dari yang
paling kecil atau sederhana ke yang paling besar atau kompleks. Oleh karena
bidangnya demikian luas, subtansi karya ilmiah pada umumnya dikelompokkan
sesuai dengan disiplin ilmu.
3.
Sikap Penulis dalam Karya Ilmiah
Salah
satu ciri karya ilmiah adalah bersifat ojektif. Ini berarti penulis berusaha
menyajikan tulisannya berdasarkan fakta dan data yang cukup kuat atau selalu
mendukung argumentasi yang di sajikannya dengan berbagai teori yang telah
diakui kebenarannya atau pengalaman mpiris yang diakui kalangan luas.
4.
Penggunaan Bahasa.
Bahasa
yang digunakan dalam karya ilmiah adalah ragam bahasa tulis baku. Ragam bahasa
tulis baku dapat dilihat dari kata atau istilah dan kalimat. Kata/istilah yang
digunakkan adalah kata/istilah baku, yang digunakan dengan makna yang tepat.
Satu istilah atau kata dikatakan baku jika pembentukkannya dan cara
penulisannya, sesuai dengan kaedah pembentukkan kata atau istilah bahasa
indonesia.[4]
Bambang Dwiloka dan
Rati Riana menjelaskan bahwa berbeda dengan tulisan fiksi (novel,
puisi, cerpen), karya ilmiah bersifat formal sehingga harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Lugas
dan Tidak Emosional
Lugas
dan Tidak Emosional maksudnya adalah karya ilmiah hanya mempunyai satu arti,
tidak memakai kata kiasan sehingga pembaca tidak membuat tafsiran
(interpretasi) sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada batasan (definisi)
operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel.
2. Logis
Logis
maksudnya adalah kalimat, alinea, sub bab, sub-sub bab, disusun berdasarkan
suatu urutan yang konsisten. Urutan disini meliputi urutan pengertian,
klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum,
atau proses dan peristiwa.
3. Efektif
Efektif
maksudnya adalah baik alinea atau sub bab harus menunjukkan adanya satu
kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
4. Efisien
Efisien
maksudnya adalah hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
5. Ditulis
dengan bahasa Indonesia yang baku.[5]
Dalman menjelaskan
bahwa tidak
semua karya tulis secara sistematis dan berdasarkan fakta dilapangan adalah
sebuah karya ilmiah, sebab karya ilmiah
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Objektif
Keobjektifan
ini maksudnya setiap fakta dan data diungkap berdasarkan kenyataan dan
sebenarnya, tidak dimanipulasi, simpulan
yang disampaikan berdasarkan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian, siapa pun dapat mengecek keabsahan dan kebenarannya.
2. Netral
Kenetralan
ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik
kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan
yang bersifat mengajak, membujuk, atau
mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3. Sistematis
Uraian
yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola
pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan
sebagainya. Dengan demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4. Logis
Kelogisan
ini bisa dillihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar deduktif atau
induktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunaan pola
induktif sebaliknya, kalau bermaksud mengartikan suatu teori atau hipotesis
digunaan pola deduktif.
5. Menyajikan
Fakta (bukan perasaan atau emosi)
Setiap
pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu
menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional
(menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih dan sebagainya)
hendaknya dihindarkan.
6. Tidak
Pleonastis
Tidak
pleonastis maksudnya
kata-kata yang digunakan tidak berlebihan atau tikdak berbelit-belit (langsung
tepat menuju sasaran).
7. Bahasa
yang digunakan adalah Ragam Formal
Dalam
menulis karya ilmiah tidak boleh
menggunakan bahasa ragam santai. Oleh sebab itu bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia ragam formal, yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar.[6]
Suherli Kusmana
menjelaskan bahwa berdasarkan kajian terhadap cara penyajian karya tulis ilmiah
dapat diungkapkan beberapa karakteristik karangan ilmiah sebgaiamana dinyatkan dalam Weisman (1961: 44-61), Brotowidjojo
(1993: 58-63); Keraf (1983: 57); dan Suherli (1996: 182-200). Pertama,
karangan ilmiah menyajikan fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi penulisan yang benar. Kedua,
didalam karya ilmiah disajikan definisi. Metode penyajian definisi sebagai karakteristik karangan
ilmiah meliputi metode eksplisi, analisis, deskripsi, ilustrasi, perbandingan,
analogi eliminasi, dan etimologi. Ketiga,
karangan ilmiah meguraikan permasalahan dengan cara abstrak, jelas/lengkap,
objektif, bernalar dan konseptual. Keempat, karangan ilmiah menerangkan
teori-teori yang dapat dilakukan secara logis, spesifik atau faktual.
Kelima, dalam karangan ilmiah disajikan pemecahan masalah yang
dilakukan dengan cara deduksi, induksi, atau berproses.
Selain itu, Karya
tulis ilmiah harus bermakna bagi pembaca, sehingga apabila suatu gagasan ilmiah
kurang berhasil dipahami pembaca mungkin ditimbulkan oleh penyajian karangan
tersebut yang tidak sesuai dengan karakteristik penyajian karangan ilmiah. Dari
hasil penelitian terhadap karangan karangan ilmiah yang disusun oleh para ahli
diketahui oleh para ahli diketahui bahwa pola penyusunan karakteristik tersebut
dapat disajikan ke dalam sistematika penyusunan karya ilmiah dalam tiga pola
penyajian. Pola sistematika penyusunan karakteristik karya
tulis ilmiah dalam karangan adalah:
- Pola Pertama
Susunan
penyajian dalam pola ini yaitu : (a) Menyajikan pengertian atau definisi
tentang judul, istilah, atau permaslahan dalam karangan ilmiah; (b)
menyajikan fakta; (c) menguraikan
masalah; (d) menerapkan
teori dan; (e) membahas,
memecahkan dan menyimpulkan masalah.
- Pola Kedua
Susunan
penyajian dalam pola ini yaitu: (a) menguraikan masalah. b. Menyajikan pengertian atau
definisi tentang judul, istilah, atau permaslahan dalam karangan ilmiah; (c) menyajikan fakta; (d) menerapkan teori dan; (e) membahas, memecahkan dan
menyimpulkan masalah.
- Pola Ketiga
Susunan
penyajian dalam pola ini yaitu: (a) menyajikan fakta; (b) Menyajikan pengertian atau definisi
tentang judul, istilah, atau permaslahan dalam karangan ilmiah; (c) menguraikan masalah; (d) menerapkan teori; (e) membahas, memecahkan dan
menyimpulkan masalah.
Dari alternatif pola tersebut penyajian karya tulis
ilmiah tersebut, pengarang yang ingin menonjolkan permasalahan dalam karangan
nya akan menggunakan alternatif pola kedua, sedangkan pengarang yang ingin
mengungkapkan fakta-fakta yang ditemui dalam situasi nyata pada bagian awal
karangannya, maka menggunakan alternatif pola ketiga. Alternatif pola yang
paling banyak digunakan oleh para penulis karangan ilmiah.[7]
a. Menyajikan
Fakta
Fakta dalam karangan ilmiah disajikan secara sistematis,objektif, cermat, dan tepat (Brotowidjojo, 1993). Karya tulis ilmiah
yang menyajikan fakta secara sistematis berarti fakta yang diusung dalam
karangan ilmiah disusun berdasarkan urutan yang bersistem. Sistematika
penyajian fakta dapat dilakukan dengan mengurutkannya dari fakta-fakta yang
bersifat umum menuju fakta-fakta yang bersifat khusus, atau sebaliknya. Penyajian
fakta seperti ini dapat pula dilakukan dengan mengurutkan kompleksitas fakta,
yaitu dengan menyajikan fakta yang bersifat sederhana kemudian diikuti fakta
yang agak kompleks, selanjutnya disajikan fakta yang kompleks.
Sistematika penyajian fakta dapat pula dilakukan
penulis dengan mengurutkan fakta berdasarkan
kehadirannya secara kronologis. Demikian pula dengan kedekatan
hubungan antara satu fakta dengan yang
lain dapat dijadikan sebagai penyajian
fakta. Keutuhan atau kelengkapan suatu fakta untuk disajikan dalam karya tulis
ilmiah akan sangat bermakna dalam memperkuat argumen yang disajikan. Selain
itu, fakta yang disajikan harus tepat dan sesuai sehingga tidak mengambangkan
permasalahan yang sesungguhnya.
b. Menyajikan
Pengertian dan Definisi
Penyajian definisi dalam karya tulis ilmiah terutama
dilakukan untuk memberikan kejelasan terhadap judul tulisan, atau
istilah-istilah yang digunakan dalam karangan, atau permasalahan yang akan
dikupas dalam karangan. Penyajian defenisi sebagai karakteristik karya tulis
ilmiah dapat dilakukan dengan cara eksplikasi, analisis, deskripsi, ilustrasi, perbandingan,
analogi, eliminasi, dan etimologi.
Menyajikan definisi secara eksplikasi pada karya
tulis ilmiah dapat dilakukan dengan memberikan pengertian atau definisi formal secara
langsung atas suatu istilah. Penyajian pengertian atau definisi seperti ini
ditandai dengan penguraian suatu definisi secara jelas dan eksplisit. Penyajian
definisi biasanya dilakukan dengan menggunakan kata “adalah, ialah, yaitu“
untuk memberikan pengertian langsung atas suatu istilah berdasarkan pengertian
yang telah lazim digunakan. Penyajian
definisi dengan cara eksplikasi dapat pula dilakukan dengan mengungkapkan
ciri-ciri atas istilah tersebut atau dengan cara menguraikan untuk suatu
tindakan atau peristiwa yang berhubungan dengan istilah yang akan diuraikan
pengertiannya.
Menyajikan definisi secara analisis dalam karya
tulis ilmiah dapat dilakukan dengan memberikan penguraian suatu objek menjadi
bagian-bagian yang lebih terperinci dan setiap bagian didefinisikan lagi
sehingga memperjelas definisi bagian utamanya. Menyajikan definisi dengan cara
ilustrasi dalam karya tulis ilmiah biasanya menyertakan gambar, bagan atau
diagram untuk membantu memberikan penjelasan makna definisi yang diharapkan.
Definisi yang dilakukan dengan cara mengilustrasikan
biasanya berupa proses, mekanisme, organisasi atau prosedur kerja. Untuk
mendefinisikan suatu mekanisme kerja digunakan bagan alur kegiatan yang
seharusnya dilakukan sehingga tampak pengertian atau definisi atas suatu
mekanisme tersebut. Ilustrasi dalam penyajian definisi atau pengertian dapat
pula dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat yang
memberikan gambaran atas definisi atau suatu pengertian.
Penyajian definisi dalam karya tulis ilmiah dapat
dilakukan dengan cara analogi suatu hal dengan hal yang lain yang memiliki
sifat sama. Analogi biasanya dilakukan dengan membandingkan suatu subjek dengan
jenis yang berbeda, misalnya membandingkan antara kegiatan yang dilakukan manusia dengan fenomena alam. Misalnya dengan
cara mendefinisikan istilah “rutinitas” suatu kegiatan diibaratkan dengan
rutinnya pergantian antara siang dan malam dalam jumlah waktu yang tetap.
Penyajian definisi degan cara eliminasi merupakan
suatu cara mengungkapkan definisi dalam bentuk negasi, yaitu mengeliminasi atau
memberikan batasan-batasan definisi tersebut dari aspek-aspek lainnya sehingga
ruang lingkupnya terbatasi oleh pembatas negasi. Penyajian definisi dengan
caraeliminasi dilakukan untuk memilah-memilah aspek atau ciri yang tidak
dimaksudkan bagi suatu pengertian atau definisi, kemudian melakukan interaksi
dengan pembaca melalui proses pembentukan konsep dasar dalam memilih pengertian
sendiri.
Definisi dalam
karangan ilmiah dapat juga disajikan secara etimologis, yaitu pendefinisian
suatu istilah dengan terlebih dahulu mengartikan asal kata atau unsur-unsusr
pembentuk kata istilah tersebut. Pendefinisian istilah berdasarkan unsur-unsur pembentuknya
ini dilakukan untuk memberikan pengertian dasar terhadap suatu konsep atau istilah yang dianggap
asing, tetapi unsur-unsur tersebut masih dapat diidentifikasi dan dimaknai.
c. Menguraikan Masalah
Permasalahan dalam karya tulis ilmiah
harus diuraikan. Hal ini berarti bahwa rumusan masalah pada suatu kajian
atau permasalahan suatu pemikiran ilmiah di perinci kedalam bagian-bagian nya
untuk diperoleh kesejalanan pemahaman atas titik tolak penyajian gagasan
keilmuwan antara penulis dan pembaca karya tulis ilmiah. Penguraian masalah
dalam karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya secara abstrak jelas atau lengkap, objektif,
bernalar, dan konseptual. Dengan cara ini, permasalahan penelitian atau suatu
pembahasan diuraikan kedalam bagian-bagian yang lebih spesifik dan dapat
dilakukan dengan berbagai cara.
Penguraian masalah secara abstrak menuntut pihak pembaca
untuk berfikir abstraktif atau menggunakan kerangka berfikir abstrak. Dalam
memahami masalah, tetapi tidak berarti bahwa masalah yang diungkapkan itu
irasional karena abstrak bukan berarti tidak rasional. Masalah yang diuraikan
dalam karangan ilmiah biasanya jelas dan lengkap untuk membantu pembaca
memahami titik tolak permasalahan secara keseluruhan atas suatu masalah yang
diangkat dalam tulisan ilmiah. Masalah dalam karangan ilmiah perlu diuraikan
secara jelas pada salah satu bagian awal karangan yang dimaksudkan agar
permasalahan pokok tersebut menjadi dasar bagi lahirnya suatu argumen dalam
karangan ilmiah.
Penyajian masalah dengan cara menguraikannya melalui
pengungkapan kalimat komparatif atau korelasional akan lebih memperjelas suatu
permasalahan bagi pembaca. Kejelasan sebuah
masalah akan sangat membantu jika
penulis mengungkapkan posisi permasalahan, atau ruang lingkup permasalahan,
atau masalah utama yang disajikan dalam tulisan yang dibuatnya dalam beberapa
paragraf. Oleh karena itu, penguraian masalah secara jelas dan lengkap dapat
pula dilakukan penulis dalam beberapa deskripsi paragraf permasalahan.
Objektivitas penguraian masalah dalam karangan ilmiah pun
sangat diperlukan untuk menghindari penafsiran yang keliru. Penyajian uraian
masalah dalam karangan ilmiah dilakukan secara objektif jika penulis bermaksud
mengungkapkan permasalahan dengan data yang tepat secara objektif. Penguraian
masalah secara objektif dapat dilakuakan dengan menyajikan kondisi nyata dari
objek tersebut sehingga tergambar permasalahan yang perlu pembuktian dan
jawaban operasional.
Demikian pula dengan penalaran dan kelogisan masalah
dalam karya tulis ilmiah mengikuti kerangka berfikir yang runtun dan bernalar.
Pola penalaran yang dilakukan pengarang dalam menguraikan masalah dapat
menggunakan pola hubungan sebab-akibat dari suatu permasalahan. Penguraian masalah
dilakukan dengan menghubungkan antara satu masalah dengan masalah lain bersifat
kausalitas dan kebertemalian permasalahan secara logis. Penguraian masalah di
dalam karya tulis ilmiah dapat pula didasarkan pada konsep-konsep keilmuan atau
sudut pandang tertentu tentang suatu hal.
d.
Menerapkan Teori
Karya tulis ilmiah menerapkan teori. Dalam menerapkan
teori dapat disajikan secara logis, spesifik, atau faktual. Teori-teori ini
merupakan landasan konseptual dari gagasan keilmuan. Bagian ini sering kali disajikan
pada bagian kedua dalam karangan ilmiah, setelah bagian pendahuluan yang
mengungkapkan alasan-alasan munculnya suatu permasalahan.
Penerapan teori secara logis ditandai oleh pengungkapan
teori yang dapat diterima oleh penalaran dan logika. Teori yang digunakan dalam
karya tulis ilmiah dapat berupa pendapat ahli yang diolah berdasarkan rangkaian
pemikiran ilmiah. Pendapat ahli tersebut tertuang dalam suatu naskah tertulis
yang sudah dipublikasikan, sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penulis
dalam menghubung-hubungkan beberapa pemikiran menjadi suatu argumen keilmuan.
Teori yang diterapkan dalam karya tulis ilmiah digunakan
untuk mengupas atau membahas permasalahan yang telah diuraikan atau dikupas
pada bagian sebelumnya. Pembahasan atas permasalahan dalam karya tulis ilmiah
harus menggunakan teori, yang bersumber dari pemikiran-pemikiran yang
dituangkan dalam tulisan. Kelogisan hubungan antara teori atau rujukan yang
digunakan dengan permasalahan yang sedang dibahas merupakan suatu keterhubungan
yang berterima dengan pemikiran akal sehat.
Pemikiran seorang ahli yang digunakan sebagai rujukan
dalam karya tulis ilmiah bukan hanya dipilih berupa penggalan atau sebagian
saja dari pemikirannya yang dianggap berkesejalanan dengan argumen yang dituangkan
karena rujukan yang digunakan harus memiliki pemikiran yang utuh. Dengan
demikian, kelogisan penerapan teori dalam karangan ilmiah bukan semata-mata
hanya menggunakan rujukan berupa penggalan atas beberapa pemikiran, atau
dipilih hanya untuk memperkuat argumen, melainkan perlu memperhatikan pula
kesesuaian pemikiran ahli yang digunakan sebagai rujukan dengan gagasan yang
ingin disajikan.
Secara
umum, dalam karya tulis ilmiah teori diterapkan secara spesifik
dengan menyertakan contoh-contoh konkret dalam bidang-bidang yang lebih
terperinci dan mudah diidentifikasi. Spesifikasi teori dalam karya tulis ilmiah
diperlukan agar pembahasan memfokus terhadap suatu pokok permasalahan. Dalam
penggunaan teori yang spesifik tersebut, biasanya penulis mengajak pembaca
untuk memahami dasar pemikiran yang dirujuk dalam membahas permasalahan.
Rujukan pemikiran ini dikupas dalam karangan ilmiah ke dalam aspek-aspek yang
lebih terperinci, sehingga dimensi pembahasan lebih spesifik pada persoalan
pokok yang dibahas dalam karya tulis ilmiah.
Kadang-kadang penerapan teori dalam karya tulis ilmiah
dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat faktual atau dihubungkan dengan
kondisi nyata, sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami teori yang
dimaksudkan oleh penulisnya. Dalam memperkuat gagasan yang sedang dibahas,
penulis karangan ilmiah menggunakan rujukan konkret atas suatu fenomena yang
mudah disaksikan atau dialami oleh pembaca.
Rujukan konkret ini merupakan salah satu bentuk
pengembangan teori, sehingga cara ini biasanya ditempuh pengarang untuk
memperkuat rujukan teori atau referensi yang lain dalam mengokohkan gagasan
yang sedang disajikan. Kekuatan suatu argumen dalam karya tulis ilmiah biasanya
diukur oleh kelengkapan, keajegan, dan kemudahan teori-teori yang menopangnya,
sehingga untuk keperluan itu, pengarang biasanya menyajikan teori atau
referensi dari berbagai sudut pandang.
e.
Membahas dan Memecahkan Masalah
Pembahasan dan
pemecahan masalah dalam karya ilmiah merupakan bahan dasar bagi penyusunan
simpulan karangan. Pembahasan masalah dalam karya ilmiah biasanya merupakan
bagian yang sangat penting, sehingga pada bagian ini pengarang menggunakan
kemampuan berfikir kompleks, yaitu mengaitkan antara masalah, teori, fakta,
dengan pemecahan masalah.
Rangkaian
keterhubungan antara fakta dan teori merupakan bentuk pembahasan masalah dalam
suatu karya ilmiah. pembahasan suatu masalah tersebut dapat dilakukan dengan
cara deduksi atau induksi atau gabungan keduanya. Bagian
pembahasan dan pemecahan masalah merupakan bagian utama karya ilmiah.
Sejalan dengan hal ini, maka dalam karya tulis
ilmiah perlu disajikan pembahasan dan pemmecahan masalah.pembahasan ini
dilakukan dengan cara deduksi, induksi, atau gabungan keduanya. Namun, pada
umumnya karangan ilmiah yang pernah diteliti menggunakan teknik pemecahan
masalah secara deduksi atau induksi. Pemecahan masalah secara induksi paling
banyak digunakan dalam penyajian karya ilmiah.
Bentuk pembahasan
dan pemecahan masalah dilakukan pengarang karya tulis ilmiah dengan pola
induksi, yaitu dengan menggunakan kerangka berfikir yang bertolak dari sejumlah
fenomena untuk melahirkan suatu simpulan yang berlaku umum. Hal ini berarti
bahwa pemecahan masalah dengan cara induksi dilakukan dengan menguraikan
terlebih dahulu masalah-masalah yang bersifat khusus untuk kemudian mencari
suatu konklusi yang bersifat umum. Pemecahan masalah secara induksi dilakukan
pengarang dengan mengupas aspek-aspek atau perincian kajian terlebih dahulu,
kemudian mengupas suatu masalah yang berdimensi luas.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa, bahwa karya
ilmiah adalah laporan atau karangan tertulis yang bersifat objektif yang
berisikan tentang teori mengenai ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penelitian yang dibuat berdasarkan kaidah atau etika keilmuan yang disusun
secara sistematis dengan tujuan untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis
kepada pembaca.
Karakteristik karya
ilmiah dapat dikenal dari beberapa aspek, seperti struktur penyajian, komponen
dan substansi karya ilmiah, sikap penulis, dan bahasa. Berbeda
dengan tulisan fiksi (novel, puisi, cerpen), karya ilmiah bersifat formal
sehingga harus memenuhi kriteria sebagai berikut : lugas dan tidak emosiaonal, logis,
efektif, efisien, ditulis dengan bahasa indonesia yang baku.
Berdasarkan kajian
terhadap cara penyajian karya tulis ilmiah dapat diungkapkan beberapa
karakteristik karangan ilmiah. Pertama, karangan
ilmiah menyajikan fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi penulisan yang benar. Kedua,
didalam karya ilmiah disajikan definisi. Metode penyajian definisi sebagai karakteristik karangan
ilmiah meliputi metode eksplisi, analisis, deskripsi, ilustrasi, perbandingan,
analogi eliminasi, dan etimologi. Ketiga,
karangan ilmiah meguraikan permasalahan dengan cara abstrak, jelas/lengkap,
objektif, bernalar dan konseptual. Keempat, karangan ilmiah menerangkan
teori-teori yang dapat dilakukan secara logis, spesifik atau faktual.
Kelima, dalam karangan ilmiah disajikan pemecahan masalah yang
dilakukan dengan cara deduksi, induksi, atau berproses.
B.
Saran
Seorang penulis karya ilmiah sebelum menulis karya ilmiahnya
sebaiknya dapat melihat, melakukan observasi dan penelitian terhadap permasalahan
yang diangkat dalam penulisan karya ilmiahnya dan memperhatikan sistematika
dalam penulisannya sehingga karya tulis ilmiah yang dihasilkan dapat diterima
oleh berbagai kalangan, menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Penulis
mengaharapkan para pembaca agar dapat meningkatkan kreatifitasnya dan
kekritisannya dalam berfikir saat membuat sebuah karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Dalman. 2015. Menulis
Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dwiloka, Bambang & Rati Riana. 2005.
Teknik
Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kusmana, Suherli. 2012. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wardhani. 2009. Materi Pokok Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.
[1]Suherli
Kusmana, Merancang Karya Tulis Ilmiah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 11.
[3]Bambang Dwiloka & Rati Riana,
Teknik
Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 1-2.
[4]Wardhani,
Materi Pokok Teknik Menulis Karya Ilmiah,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),
hlm. 20-31
[5]Bambang Dwiloka & Rati Riana,
Teknik
Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 4-5
0 komentar:
Posting Komentar